Hal-hal Yang Perlu Dipersiapkan Dalam Menghafal al-Qur'an

Oleh: Nur Mohamad Fauzi

"Sebaik-baik teman duduk adalah buku." kiranya kata mutiara itu sering kita temukan di banyak kitab atau buku.

Jika kitab atau buku adalah sebaik-baik teman duduk, maka sebaik-baik kitab dari seluruh kitab yang ada di dunia adalah al-Qur'an, tanpa diragukan lagi.

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat islam, merupakan satu-satunya kitab/buku di dunia yang paling autentik tanpa ada kesalahan cetak dan kekeliruan dalam penulisannya.

Demikian itu, karena yang menjaganya adalah tuhan pemilik alam semesta melalui para penghafal kalam-Nya.

Berkesempatan bisa menghafal dan menjaga kalamnya, merupakan suatu anugerah dan keistimewaan besar yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya.

Kemudian, untuk sekedar bisa hafal sebenarnya sangat mudah, karena Allah sendiri telah menyatakan dalam firman-Nya surat Taha ayat kedua, bahwa al-Quran ini diturunkan bukan sebagai beban, pun telah mengatakan sebanyak 4 kali dalam surat al-Qamar, bahwa al-Quran dengan segala isinya telah dimudahkan untuk diambil pelajaran,

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ

Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Surat Al-Qamar, Ayat 17, 22, 32, dan 40).

Namun, di zaman dimana setiap orang pengen serba cepat dan instan, kebutuhan dan keinginan manusia semakin banyak dan bermacam-macam, sehingga banyak yang ingin hafal qur'an dengan waktu singkat dan kilat.

Sebenarnya bukan hal yang dilarang dan terlarang, hanya saja perlu diketahui bahwa cepat hafal itu datangnya dari Allah, tapi 'ingin' cepat hafal bisa jadi itu dari hawanafsu dan bisikan syetan.

Oleh sebab itu, nikmatilah saja jalannya menghafal al-Qur'an, merasakan lezatnya berduaan dengannya, tidak usah terburu-buru khatam, toh setiap hurufnya bakal diganjar pahala kok. Tidak perlu khawatir. Tenang, kan sedang berada di depan sebaik-baik kitab; al-Qur'an.

Imam asy-Syatiby seorang ulama asal Spanyol (wafat 590 H) dalam nadzam matan Qira'at Sab'ah (7 macam qira'at al-Qur'an) nya mengatakan:

وَخَيْرُ جَلِيسٍ لاَ يُمَلُّ حَدِيثُهُ • وَتَرْدَادُهُ يَزْدَادُ فِيهِ تَجَمُّلاً
Al-Qur'an itu sebaik-baiknya teman duduk yang tidak dibosani ceritanya, Dan pengulangannya selalu menambah indahnya.

Beberapa orang pernah menghubungi, bertanya dan meminta tips kepadaku supaya kuat dan cepat menghafal al-Quran. Beberapa dijawab sebisanya dan beberapa lagi belum sempat.

Sebenarnya saya sendiri bukan tipe orang yang bisa menghafal cepat. Namun, setidaknya ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum menghafal al-Quran.


Yang pertama, tekad kuat untuk menghafal.

Tentukan dari awal bahwa saya mau menghafal al-Quran, berarti saya harus siap menyisihkan sebagian waktu untuknya, saya siap membaca, mengulang-ngulang, menyetorkan dan nantinya siap disimak lembaran-lembaran yang berjumlah 6239 ayat, 114 surat, 30 juz itu.

Menghafal bukan berarti harus hafal, Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada setiap orang.

Bahkan imam besar dalam ilmu qira'at, guru besar dari Imam Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam 'Ashim, beliau menghafalkan Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun.


Kedua, siap konsisten untuk al-Quran (istiqamah).

Siapkan waktu khusus dalam sehari untuk menghafal, misalnya 1 jam dari jam 7-8 pagi dalam sehari. Maka setiap jam segitu harus menghafal, tidak boleh ada hal lain yang mencoba mengganggunya kecuali ada hal darurat.

Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.

Istiqamah atau sikap untuk selalu konsisten dalam suatu hal yang baik awalnya memang susah dan berat. Namun, ada banyak cara untuk bisa konsisten, diantaranya, mulai dari yang paling sedikit dan mudah.

Misalnya, di hari pertama sampai sekitar seminggu, menghafal dalam sejam dicukupkan dengan 3 ayat saja. Kemudian setelah satu minggu, mencoba menambah menjadi 6 ayat, setelah sebulan menambah lagi jadi 10 ayat dan seterusnya.

Seperti halnya seorang atlet pengangkat besi, sebelum dia bisa mengangkat ratusan kilo, dia memulai dari 40 kg dulu, kemudian setelah terbiasa naik menjadi 50 kg, kemudian naik lagi menjadi 60 kg, terus latihan sedikit demi sedikit tapi konsisten sehingga bisa mengangkat sampai ratusan kilo.

Ada cara lain supaya bisa konsisten serta dengan mudah dan ringan ketika melakukan suatu kebaikan tanpa merasa berat, yaitu lakukan sesuatu itu selama 40 kali berturut-turut tanpa putus, diawal-awal mungkin akan merasakan beratnya, namun setelah menempuh dan melewati 40 kali maka akan mulai merasakan suatu pekerjaan yang dilakukannya dengan mudah dan ringan bukan lagi sebagai beban.


Ketiga, Sabar untuk setia.

Menghafal al-Quran itu bukan untuk diburu-buru, kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampai jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah.

Hendaknya tidak terlalu terburu-buru pindah ke ayat selanjutnya jika ayat pertama belum benar-benar dihafal. Nikmati saja saat-saat masih menghafal, lama-lama akan dengan sendirinya merasakan kenikmatan bercengkerama dengan Allah. Karena kita menghafal untuk setia seumur hidup bersama al-Qur'an.

Tapi ingat, bukan berarti harus ditunda-tunda. Habiskan durasi waktu yang telah ditetapkan dengan 'PAS'.


Keempat, menggunakan satu cetakan mushaf.

Ketika melihat bacaan dan mengulang-ngulangnya sampai hafal, maka secara tidak sadar kita juga telah menghafal dengan tergambar letak ayat bacaan yang diulang-ulang itu berada di memori otak kita.

Maka para penghafal hendaknya konsisten dengan satu cetakan mushaf yang akan dijadikan patokan hafalannya. Karena cetakan yang satu bisa jadi lafadz "المؤمنون" ada di sebelah paling kanan atas barisan kedua, sedangkan dicetakan yang lain berada di sebelah paling kiri atas barisan ketiga. Sehingga akan membuat konsentrasi hafalan kita buyar dan rancu.


Kelima, Merindukan dan dirindukan ayat.

Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memori otak, itu ayat sebenarnya lagi kangen sama kita. Dia pengen lama-lama sama kita.

Yang seperti ini nih, yang perlu dirindukan karena dia telah merindukan kita. Kita telah menyebutnya berulang kali, maka dia pun ingin ngasih kejutan dan menguji kita apakah ngafalinnya hanya sekedar mulut saja ataukah lahir batin kita sudah klop bersamanya.

Jika sudah seperti itu, coba dibaca arti dan tafsirnya, bisa jadi itu ayat adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita, atau mungkin solusi dari permasalahan yang ada.

Jangan buru-buru putus asa dan sumpek ketika gak hafal-hafal, senanglah jadi orang yg dirindukan ayat.


Keenam, Menghafal sesuai porsi.

Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya.

Nikmatnya menghafal adalah ketika sedang membaca berulang-ulang.

Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat.

Makan dengan memakai sendok teh kurang nikmat karena terlalu sedikit, makan pake sendok nasi (centong) bikin muntah karena terlalu banyak.

Menghafalpun demikian.

Jika "alhamdulillah robbil 'alamin” terlalu panjang, maka cukuplah “alhamdulillah” diulang-ulang, jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “ar-Rahmanir rahim" kemudian diulang-ulang.

Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing kita.


Ketujuh, pastikan bacaan qur'an kita bertajwid.

Cari guru yang bisa membimbing, menyimak, dan mengoreksi bacaan kita. Karena ayat yang tak bertajwid dan sudah terlanjur dihafal, akan sulit dirubah dan diperbaiki di kemudian hari (setelah tahu hukum bacaan yang sebenarnya).

Karena ilmu dicari bukan lewat jalan otodidak. Kita bisa belajar dari mana saja, namun peran guru menjadi patokan utama.

Kemudian, pada akhirnya metode hanyalah sekedar metode, bisa jadi si A cocok dengan metode F, sedangkan B cocoknya dengan metode G, karena masing-masing orang punya cara tersendiri untuk bisa asik dalam belajar. Namun, saya kira point 1-3 adalah yang harus dimiliki oleh para penghafal, terutama penghafal al-Qur'an.

Selamat menghafal, semoga kita termasuk golongan ahli qur'an yang mendapatkan syafaat darinya disaat sendiri di dalam kubur dan dibangkitkan di hari pembalasan. Aamiin.


Nur Muhammad Fauzi
Alumni Ponpes Abu Manshur, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Mesir


Share: