Santri Ponpes Abu Manshur Berziarah ke Makam Syekh Datul Kahfi dan Makam Kanjeng Sunan Gunung Jati Bersama Al-Arif Billah As-Syekh Prof. Dr. Yusri Rusydi Al-Hasani

          Selasa, 23 April 2019 Para Santri Ponpes Abu Manshur berziarah ke Makam Syekh Datul Kahfi dan Makam Kanjeng Sunan Gunung Jati bersama Al-Arif Billah As-Syekh Prof. Dr. Yusri Rusydi Al-Hasani.


            Syekh Datul Kahfi merpakan tokoh penyebar Agama Islam di wilayah Cirebon dan leluhur dari Pembesar Sumedang. Beliau pertama kali menyebarkan ajaran Islam di daerah Amparan Jati. Syekh Datul Kahfi merupakan buyut dari Pangeran Santri (Ki Gedeng Sumedang), penerus penguasa di Kerajaan Sumedang Larang, Jawa Barat, dan putera dari Syekh Datuk Ahmad. Ia juga merupakan keturunan dari Amir Abdullah Khan. Syekh Datul Kahfi juga merupakan guru dari Kanjeng Sunan Gunung Jati.


            Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah ( شريف هداية الله‎‎ ) atau Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang dari Walisongo, ia dilahirkan Tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim (seorang penguasa mesir) dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran (yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Mudaim). 


        Sunan Gunung Jati adalah seorang ulama yang menjadi salah satu anggota dari dewan da’wah atau dewan mubaligh Walisongo. Beliau berperan sebagai salah satu penyebar agama Islam di Jawa Barat, utamanya di wilayah Cirebon. Banyak pendapat siapa sebenarnya Sunan Gunung Jati itu. Namun nama asli Sunan Gunung Jati sendiri andalah Syarif Hidayatullah.
       Raden Syarif Hidayatullah lahir pada 1448 Masehi dengan ayah bernama Syarif Abdullah Udatuddih bin Ali Nurul Alim (Salah satu penguasa dari Mesir) dengan Nyai Rara Santang, putri dari Kerajaan Padjajaran dengan ayah Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Saat Nyai Rara Santang masuk islam, beliau merubah nama menjadi Syarifah Mudaim.
           Raden Syarif Hidayatullah menginjakkan kaki di tanah jawa, tepatnya Cirebon pada tahun 1470 Masehi. Dan karena dukungan dari Kesultanan Demak dan Raden Walangsungsang atau raja Cirebon pertama selaku paman Raden Syaruf Hidayatullah, beliau kemudian diangkat sebagai Raja Cirebon kedua setelah pamannya tersebut pada tahun 1479 Masehi dengan gelar Maulana Jati.
          Terdapat beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Sunan Gunung Jati adalah Fatahillah atau Falatehan. Namun kenyataannya, Sunan Gunung Jati dan Fatahilla adalah dua orang yang berbeda. Sunan Gunung Jati adalah seseorang yang telah lama bermukim di Cirebon, sedangkan Fatahillah adalah seorang pejuang Demak yang berasal dari Negeri Pasai atau Malaka.
      Ketika wilayah Malaka jatuh ke tangan penjajah Portugis. Raden Fatahillah berpindah dari Malaka ke Demak, dan adiknya di nikahkan dengan Raden Trenggono. Sebagai seorang pejuang, selanjutnya Fatahillah di tugaskan ke Jawa Barat. Fatahillah bersama dengan para pengikut Sunan Gunung Jati menyerang Banten dan Sunda Kelapa yang dikuasai oleh Padjajaran.




           


Share: